Inilah Koleksi Surat-Surat Rasulullah kepada Pemimpin Dunia



Selama 13 tahun memimpin Madinah, Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam melakukan upaya-upaya diplomatik kepada sejumlah raja, tokoh agama dan suku di berbagai belahan jazirah Arab hingga ke Afrika, Romawi dan Persia. Langkah dakwah itu dilakukan Rasulullah dengan mengirim surat seruan Tauhid melalui utusan sahabat-sahabatnya. Dalam sejarah, tercatat sekitar 43 surat yang ditulis langsung Rasulullah saw berisi seruan tauhid kepada para raja, tokoh agama dan kepala suku.

Berikut beberapa surat yang dikirimkan oleh Nabi Muhammad saw kepada 5 pemimpin negara dan suku bangsa, seperti yang dikutip dari buku “Rasail An-Nabi ila Al-Muluk wa Al-Umara wa Al-Qabail” karya Khalid Sayid Ali, di dalam buku ‘Jejak Nabi Muhammad dan Para Sahabat’,


1. Surat kepada Raja Najasyi @ Negus – Habsyah (Ethiopia)










Isi surat


“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad Rasulullah, salam kepada Najasyi, pembesar Habasyah. Salam kepada siapa yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.


Sesungguhnya aku bertauhid kepada yang tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Maharaja yang Maha Suci, Yang Maha Pemberi Keselamatan, Yang Maha Pemberi Keamanan, Yang Maha Pelindung. Dan aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam (tiupan) roh dari Allah (yang terjadi) dengan kalimat-Nya (yang disampaikannya) kepada Maryam yang perawan, yang baik dan menjaga diri (suci) lalu mengandung (bayi) Isa dari wahyu dan tiupan-Nya sebagaimana menciptakan Adam dengan tangan-Nya.


Aku mengajak engkau kepada Allah yang Esa, tidak mempersekutukan sesuatu bagi-Nya dan taat patuh kepada-Nya dan mengikuti aku dan meyakini (ajaran) yang datang kepadaku.


Sesungguhnya aku utusan Allah. Dan aku mengajak engkau dan tentaramu kepada Allah Yang Maha Perkasa dan Agung. Aku telah menyampaikan dan telah aku nasihatkan; maka terimalah nasihatku. Salam bagi yang mengikuti petunjuk ini.”. [Zaadul Ma'ad 3/61].


Kisahnya


Ketika Rasulullah s.a.w menulis surat kepada Raja Najasyi yakni Ashhamah bin Al-Abjar dan menyerunya kepada Islam. Raja An-Najasyi mengambil surat itu, lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana. Beliau pun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Thalib r.a.


Beliau lalu mengirimkan surat kepada Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam dan menyebutkan tentang keislamannya. Raja Najasyi akhirnya meninggal dunia pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriyyah. Rasulullah memberitakan hal itu pada hari wafatnya lalu melakukan shalat ghaib untuknya. Beliau juga mengabarkan bahwa Raja Najasyi kelak akan masuk syurga.


2 – Surat kepada Raja Al-Muqawqis @ Binyamin – Mesir (Egypt)





Isi surat


“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad hamba Allah dan Rasulullah. Kepada Muqauqis Peguasa Qibthi. Salam sejahtera kepada yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.


Aku mengajak Anda dengan dakwah Islam. Anutlah agama Islam dan Anda selamat. Allah akan memberimu pahala dua kali lipat. Tetapi apabila Anda berpaling, Anda akan memikul dosa kaum Qibthi. Wahai Ahli kitab, marilah menuju ke suatu kalimat ketetapan yang tidak terdapat suatu perselisihan di antara kita, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun. Tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah (muslimin).”


Kisahnya


Nabi mengirimkan sahabatnya, Hatsib bin Abu Balta’ah untuk menyampaikan surat kepada Muqauqis. Diriwayatkan pula, Nabi juga mengutus seorang budak yang telah dimerdekakan dan menjadi anak angkat sahabat Abu Raha Al-Ghifari, yang bernama Jira untuk menemani Hatsib.


Hatsib menemui Muqauqis di balai istana di Iskandaria


Setelah al-Muqawqis membaca surat Nabi saw, dia membalas surat baginda dan memberi kepada baginda dua hadiah. Hadiah pertama berupa dua budak belian bernama Mariah binti Syamu’n al-Qibthiyyah yang dimerdekakan Nabi s.a.w dan menjadi isteri beliau, darinya Rasulullah s.a.w mendapat seorang anak yang diberi nama Ibrahim (wafat semasih kecil), nama ini diambil dari nama moyang beliau Nabi Ibrahim a.s. Dan hamba kedua adiknya sendiri iaitu Sirin binti Syamu’n Al-Qibthiyyah. Hadiah kedua pula berupa kuda untuk tunggangan baginda.


3. Surat kepada Raja Khosrau II @ Chosroes – Parsi (Persia)









Isi surat


“Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya. Kepada Kisra penguasa rakyat Persia. Salam sejahtera bagi yang mengikuti petunjuk dan beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Aku bersaksi behawa tiada Tuhan kecuali Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Aku mengajak dengan seruan Allah.


Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada seluruh umat manusia supaya dapat memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup hatinya dan supaya ketetapan azab kepada orang-orang kafir itu pasti. Masuklah Anda ke dalam Islam, niscaya akan selamat. Jika kamu menolak, sesungguhnya kamu memikul dosa kaum Majusi.”


Kisahnya


Ketika Rasulullah s.a.w mengutus sahabatnya Abdullah bin Hudzaifah As-Sahmi yang sering berkunjung ke Kisra mengirim surat kepada Raja Khosrau II @ Abrawaiz yaitu raja dari Negeri Persia dan menyerunya kepada Islam. Namun ketika surat itu dibacakan oleh Raja itu, dia pun merobeknya sambil berkata, ”Hamba rendahan dari rakyatku menuliskan namanya mendahuluiku.”


Ketika berita tersebut sampai kepada Rasulullah s.a.w, baginda pun mengatakan, ”Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”


Doa tersebut dikabulkan. Persia akhirnya kalah dalam perang menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan. Kemudian dia pun digulingkan oleh anaknya sendiri yakni Syirawaih. Dia dibunuh dan dirampas kekuasaannya.


Seterusnya kerajaan itu kian terobek-robek dan hancur sampai akhirnya ditakluki oleh pasukan Islam pada zaman Khalifah Umar bin Al-Khaththab r.a hingga tidak dapat lagi berdiri.


4. Surat kepada Raja Heraklius @ Hercules – Romawi (Byzantines / Rome)









Isi surat


“Bismillahirrahmannirrahhim. Dari Muhammad, hamba dan utusan Allah kepada Heraklius penguasa Romawi. Salam sejahtera bagi siapapun yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.


Dengan ini, aku menyerumu untuk memeluk Islam. Masuk Islamlah, maka Allah akan mengganjarmu dengan pahala dua kali lipat. Akan tetapi, jika engkau menolak, engkau harus menanggung dosa orang-orang Arisi. Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak ada yang kita sembah kecuali Allah, dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.


Sebagian kita tidak pula menjadikan tuhan selain Dia. Jika mereka berpaling, katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”


“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimah (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Surah Aali-Imran : 64) [Sahih Al-Bukhari 1/4,5]


Kisahnya


Dari Ibnu ‘Abbas .a. katanya Abu Sufyan mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut: “Pada masa berlangsungnya perjanjian Damai antaraku dengan Rasulullah s.a.w., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika itu aku sedang berada di sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah s.a.w kepada Kaisar Heraklius (Hercules), penguasa Rumawi.


Orang yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Hiraklius. Hiraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?


Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami menghadap Hiraklius. Setelah mempersilahkan kami duduk di hadapannya,


Hiraklius bertanya : Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Abu Sufyan berkata : Lalu aku menjawab: Aku.


Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku. Kemudian Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya : Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.


Abu Sufyan berkata : Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?


Aku menjawab : Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?

Aku menjawab : Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab : Tidak.


Dia bertanya : Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?

Aku menjawab : Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?

Aku menjawab : Bahkan mereka semakin bertambah.


Dia bertanya : Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?


Aku menjawab : Tidak.


Dia bertanya : Apakah kamu sekalian memeranginya?

Aku menjawab : Ya.


Dia bertanya : Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?

Aku menjawab : Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.


Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat?

Aku menjawab : Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan : Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.


Dia bertanya lagi : Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?


Aku menjawab: Tidak.


Selanjutnya Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya : Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.


Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.


Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.


Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.


Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.


Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna.


Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.


Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat.


Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.


Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu?


Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan shalat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.


Hiraklius berkata : Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya.


Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.


Dia melanjutkan : Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw. lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran.


Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu.


(Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimah ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah).


Selesai dia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu dia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar, Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya dia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi.


Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah s.a.w. bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku. [Hadis 1745 jilid 3 sahih Muslim]


Setelah membaca surat itu, Heraklius menyampaikan bahwa dirinya telah masuk Islam. Namun, perkataannya itu hanya dusta belaka.


Sebenarnya, Heraklius tidak memiliki alasan untuk tidak masuk Islam setelah meyakini ajaran Nabi. Namun, dirinya teramat sayang dengan kedudukannya sebagai raja.


5. Kepada Uskup Dhughathir









Selain mengirimkan surat kepada Heraklius, Nabi juga menulis surat yang ditujukan kepada uskup terpandang di Romawi, yaitu uskup Dhughatir. Surat yang diantarkan juga oleh Dihyah tersebut berisi :


“Salam bagi yang beriman. Atas dasar itu sesungguhnya Isa bin Maryam adalah tiupan roh Allah, terjadi dengan kalimat-Nya yang benar (haq), disampaikan kepada Maryam yang suci. Aku beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya serta apa yang diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepadanya. Salam yang mengikuti petunjuk.”


Setelah membaca surat tersebut, sang uskup berkata kepada Dihyah, “Demi Allah, kawannya adalah seorang Nabi yang diutus. Kami mengenali sifat-sifat dan namanya semuanya tercantum dalam kitab-kitab kami.”


Uskup tersebut kemudian menanggalkan keuskupannya yang berwarna hitam dan digantinya dengan jubah berwarna putih. Dia mengambil tongkatnya, lalu beranjak menuju ke gereja. Di sana, banyak orang sedang berkumpul. Di hadapan mereka, uskup berkata, “Wahai segenap orang Romawi, aku telah menerima surat dari Ahmad yang mengajak kita kepada Allah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”


Mendengar ucapannya tersebut, orang-orang pun serempak menyerang dan memukulinya bertubi-tubi hingga tewas.


Setelah kejadian itu, Dihyah kembali kepada Heraklius. Kemudian Heraklius berujar, “Aku sudah memberitahukan kepadamu bahwa kami mencemaskan diri sendiri dan tindakan kekerasan mereka. Demi Allah, uskup Dhughatir lebih mulia daripada aku.”


6. Surat kepada Gubernur Al-Mundzir bin Sawa – Bahrain









Nabi Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam mengutus risalah kepada al-Munzir bin Sawa pemerintah Bahrain, menyeru beliau kepada Islam. Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam memilih al-’Ala’ bin al-Hadhrami untuk menyampaikan risalahnya itu, sebagai jawaban al-Munzir telah menulis kepada Rasulullah seperti berikut ;


“Ada pun setelah itu wahai Rasulullah, sebenarnya telah pun ku baca bingkisan tuan hamba itu kepada penduduk Bahrain, di antara mereka gemarkan Islam dan kagum dengannya dan sebahagian yang lain membencinya, di bumi ku ini terdapat penganut Majusi dan Yahudi, maka berlaku sesuatu hal di sini mengenai seruan tuan hamba itu.”


Rasulullah s.a.w membalas semula kepadanya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ” Dari Muhammad Utusan Allah kepada al-Munzir bin Sawi salam ke atas kamu. Maka sesungguhnya kepada Engkau Allah, aku memuji yang tiada Tuhan selainNya dan aku mengaku bahawa Muhammad adalah hambaNya dan pesuruhNya, adapun selepas itu aku mengingatkan kau dengan Allah Azzawajala, maka sesungguhnya sesiapa yang menasihat sebenarnya beliau menasihati dirinya, dan sesiapa yang mentaati ku dan sesiapa yang menasihatkan mereka bererti telah menasihatiku.


Sebenarnya para utusan ku telah pun memuji kau dengan baik, sesungguhnya melalui kamu aku memberi syafaat ku kepada kaum kamu, oleh itu biarlah kaum muslimin dengan kebebasan mereka dan pengampunan kamu terhadap pesalah-pesalah, maka terimalah mereka. Sekiranya kamu terus soleh dan baik maka kami tidak akan memecatkan kamu dari tugas dan sesiapa yang masih dengan pegangan Yahudi atau Majusinya ianya wajib membayar jizyah.


Berikut Surat-Surat yang ditulis oleh Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam adalah :
Surat Kepada Negus, Raja Habsyah
Surat Kepada Abu Sufian
Surat Kedua Kepada Raja Habsyah
Surat Ketiga Kepada Raja Habsyah
Surat Kepada Kaisar Heraklius
Surat Kepada Khusro Perwez, Maharaja Farsi
Surat Kepada Hurmuz
Surat Kepada Wazir Mesir
Surat Kepada Hauza Bin Ali, Gabenor Yamamah
Surat Kepada Haris Ghassani, Raja Damishq (Damsyik)
Surat Kepada Munzir Bin Sawa, Gabenor Bahrain
Surat Kedua Kepada Munzir
Surat Kepada Jaifer Dan ‘Abd, Raja Oman
Surat Kepada Jaifer Waris As’hama Negus
Surat Kepada Raja-Raja Himyar
Surat Kedua Kepada Raja-Raja Himyar
Surat Kepada Farwah, Gabenor Ma’an
Surat Kepada ‘Amr Bin Hazm Ansari, Gabenor Yaman
Surat Kepada Ukaidir, Pemerintah Dumatul Jandal


Surat-Surat Dan Perintah Yang Diantar Kepada Amir, Pemimpin Dan Ketua-Ketua berbagai Kabilah Dan Individu
Surat Kepada Pope Rom
Surat-Surat Kepada Yahudi Khaibar
Surat Kepada Budail Bin Waraqa
Surat-Surat Kepada Puak Aslam
Surat Kepada Penduduk Persekitaran Tihama
Surat Kepada Khalid Bin Zimadul Azdi
Surat Kepada Hilal Bin Umayyah, Amir Bahrain
Surat Kepada Usaibukht Bin Abdullah, Amir Hajar
Surat Kepada Bani Abdullah
Surat Kepada Nahshall Bin Malik, Amir Bani Va’il
Surat Kepada Rifa’ah Bin Zaid Juzami
Surat Kepada Bani Asad
Surat Kepada Amir-Amir Aqabah
Surat Kepada Penduduk Maqna
Surat Kepada Penduduk Azruh
Surat Kepada Amir Hamdan
Surat Kepada Khalid Bin Al-Walid
Surat Kepada Musailamah Al-Kazzab (Si Penipu)
Surat Kepada Muaz Bin Jabal R.A.
Surat Kepada Jin
Surat Kepada Zul Ghussa Qais
Surat Kepada ‘Amr Bin Ma’abad Al-Juhani
Surat Kepada Bani Zuhair
Surat Kepada Suhail Bin Amr
Surat Kepada Puak Khas’am
Surat Kepada Zamal Bin ‘Amr Aluzri


Wallahu a’lam …….


___________________________________

Rujukan:

- islamicity.com

- aboutislambyirfan.blogspot.com

- ukhwah.com

- dakwah.info

- Surat-surat Rasulullah s.a.w – Sultan Ahmed Qureshi


Komentar